Enjoy and let me know what your comments will be!
Keep writing your own story and see you in the next masterpiece! :)
Aku menikmati gandanya kepribadianku. Sebut aku psikopat atau orang gila. Tetapi bagiku, inilah duniaku. Sekali lagi, aku menikmatinya. Sangat.
“Sayang, aku kangen.”
“Aku juga.. tunggu dua hari lagi yahh.. Bandung dingin banget nih sayang..”
“Hmm.. Jogja juga.. ini Awan lagi bikin kopi susu anget, sherlyku mau?”
“Mauuuu! Kirim ke Bandung malam ini ya, sayaaang!”
“Engga mau. Awan maunya sayang pulang..”
“Dua hari lagi, cintaaa! Jangan lupa jemput di Adi Sucipto yaah.. bawa si sasha, kangen..”
“Hahhaha.. sayang kangen sama Awan atau Sasha?”
“Dua-duanya. Kan sayang mirip sama sasha.. lucuuu, sama-sama suka meong-meong malem-malem lagi hahaha..”
“Hahaha.. mau ngomong sama Sasha gag, sayang?
“Mana..mana??” dan begitulah, aku mulai ber-autis-ria dengan Sasha dan Awan. Sasha tuh kucing yang kita pungut di jalan malem-malem, habisnya dia keujanan waktu itu.. aku dan Awan engga tega ngeliatnya. Sejak saat itu, Sasha selalu nomaden boboknya. Kadang di kosku, kadang di kos Awan, kadang di rumah eyangnya Awan. Aku sayang sama Awan. Engga pernah aku nemuin cowok sebaik, perhatian, pinter, lucu, cakepnya engga ngebosenin, dan heran.. polosnya minta ampun! Ini yang bikin aku engga pernah tega ninggalin dia.. dan ini juga yang membuat keadaan ini semakin jauh dari rencana semula. Rencana yang tak akan pernah terealisasi karena aku tak akan sampai hati melukai hatinya. Maka aku pikir, lebih baik aku bertahan dengan semua kepalsuan ini dan menutup rapat-rapat rahasia besar ini. Dia tidak boleh tahu dan aku tak sampai hati membiarkannya tahu.
[ 2 ]
Tapi aku juga cinta Dicky. Lihatlah matanya yang sayup-sayup teduh itu, lingkar matanya yang hitam menjadi kenang-kenangan setiap insomnianya di malam hari untuk lembur kerjaan, dan menyempatkan menelfonku malam-malam yang terkadang hanya untuk mengucapkan empat kata: “Aku sayang kamu, Raa”. Ini malam keduaku bersamanya di Bandung. Besok dia akan mengantarku ke bandara seperti biasanya –sempat-sempatnya dia mencuri waktu untuk mengantarku diantara padatnya agenda Si art director keren ini- dan malam ini, setelah kita menghabiskan malam dengan berkeliling Bandung, seperti biasa aku diculik ke apartemennya. Tidak boleh jauh-jauh darinya. “Kamu selalu hanya tiga hari disini. Jumat hingga Minggu. Jadi apa kamu masih tega jauh-jauh dari aku? Sembuhkan hatiku yang telah mencandu padamu ini, Raa.. Permintaanku mudah, bukan? Bersamamu tiga hari saja.” Itu yang pernah dia katakan padaku dan entah kenapa, tidak pernah bisa aku melupakan kata-kata yang diucapkannya sangat lembut tepat di telingaku dengan nada memohon yang sangat tidak bisa aku tolak. Ya, permintaanmu memang mudah kelihatannya. Hanya tiga hari. Tetapi.. di belahan bumi yang lain, seorang pria juga mempunyai permintaan yang kelihatannya juga mudah: “Sekali-kali habiskan akhir minggumu denganku, sayang.. Cukup tiga hari, Jumat-Minggu. Aku ingin bersamamu tiga hari itu. Sekali-kali saja. Mudah, bukan?”
[ 2 ]
Aku paling benci saat-saat seperti ini. Dicky tak pernah melepaskan genggamannya dari tanganku sejak perjalanan di mobil peugout merahnya dari apartemen hingga di tempat duduk bandara sekarang ini. Bahu kirinya membawa tas berisi kamera Nikon DSLR-nya yang selama tiga hari ini aku berani bertaruh pasti full dengan foto-fotoku dan dia :), tangan kanannya masih tak mau melepaskan tanganku. Matanya terus menatap mataku. Aku tahu, aku tahu sekali matanya berbicara pada mataku, memintaku jangan pergi.. tapi tolong jangan melakukannya seperti itu.. Ini membuat perasaanku tak pernah enak, jantungku dag-dig-dug, nyesek di hati, dan sebentar lagi air mataku pasti akan keluar…
“Hhh..” ok, aku tak sanggup lagi.. akhirnya aku mengusap air mataku yang tumpah perlahan.
“Terimakasih untuk tiga hari yang menyenangkan, Raa sayang..” Dicky kini mencoba tersenyum dan membantuku mengusap air mataku.
“Maaf aku menangis lagi, honey.. padahal momen ini selalu terjadi ya hampir sebulan sekali tapi emang dasar aku cengengnya minta ampun.. huff..”
“Biar cengeng yang penting pacarnya Dicky..” senyumku merekah.
“Hahaha.. Hmm.. Raa sayang Dicky..” aku kini memeluknya, tak tahan lagi aku. Bisa tercium sangat dekat parfum Dicky yang khas, aku membenamkan sejenak diriku di pelukannya, sangat nyaman. Ini yang aku engga pernah bisa rasakan dalam pelukan Awan. Entah kenapa.
“Dicky lebih sayang sama Raa.. Cepetan kesini lagi yah, sayaaang.. aku kecanduan tiga hari bersamamu!” Dicky melepaskan pelukannya dan kini menatap mataku lagi.
“Hehhe.. Dasar bandel.. Udah dikasitahu juga tadi malem, Raa kesini lagi sebulan lagi.. Minggu-minggu ke depan kuliah padet-padetnya sayaang.. tawaran show dua minggu lagi aja Raa tolak, engga berani ngelayap lagi padet gini sayaang.. sabar yaah..”
“Iyaa.. engga usah diulangin lagi.. sebulan lagi yaah.. selingkuh sama Raa yang lain ah!” Dicky ketawa lucuu. Jantungku seolah berhenti berdetak begitu dia menyebut kata ‘selingkuh’. Sakit rasanya.. mengingat aku telah menyelingkuhinya. Tapi..
“Selingkuh aja kalau bisa nemuin Raa yang lain..”
“Hehhe.. engga ada sayangkuuu.. udah aku cari sampai ke ujung dunia tapi engga ada. Jadi terpaksa aku harus bertahan selama sebulan. Hanya untuk menunggu tiga hari bersamamu..”
Dan setelah itu, pesawatku sudah dipanggil-panggil. Dia mengecup keningku lama hingga aku berdiri dan meninggalkan Si art director keren itu. Bisa aku lihat mukanya yang mulai sembab dan dia memberikan senyuman terakhirnya sembari mengusap air mata yang refleks keluar dari matanya. Sampai jumpa satu bulan lagi, Dickyku.. tiba-tiba lagu When Will I See Your Face Again-nya Jamie Scott bernyanyi-nyanyi di kepalaku. Sial. Aku benci saat-saat di bandara seperti ini.
[ 2 ]
Namaku Sara Sherlyana. Itu nama yang selalu aku pakai semenjak aku duduk di bangku TK tetapi kini, menarik, aku juga biasa dipanggil Indie Raa. Menjadi Sherly atau Raa adalah hal yang menarik dan aku kecanduan terhadap hal ini. Bagaimana tidak, ketika aku menjadi Sherly, aku kuliah di Sastra Prancis, usai kuliah aku part time menjaga warnet di dekat kosku di Jogja kalau kejatahan shift siang sehingga bisa dengan gratis bermain di dunia maya seperti sekarang ini, malamnya, Awanku yang kuliah di Teknik Arsitektur ini akan menjemputku dan kita menghabiskan malam berdua dengan hal-hal yang tidak pernah membosankan. Awan memang ajaib! Aku selalu bahagia bersamanya! Daaaan ketika aku menjadi si Raa yang anggun, Raa yang model Bandung tapi lebih sering menghabiskan hari-harinya di Jogja. Raa yang beruntung sekali mempunyai pacar seorang art director sibuk di Bandung yang ganteng, kaya, dan baik hati. Raa yang selalu jadi ratu panggung kalau sudah ber-catwalk-ria di setiap show-nya.. siapa sangka, dia juga seorang penjaga warnet, mahasiswi sastra prancis, dan tidak ada sedikitpun indikasi dalam dirinya yang membuktikan bahwa dia seorang model! Yaa.. mungkin kalian pikir aku jahat sekali mempermainkan kehidupanku dan orang-orang di dalamnya tapi.. aku justru merasa lebih jahat lagi jika meninggalkan salah satu kehidupan dan orang di kehidupan itu, semua ini telah terlanjur terjadi dan memang, aku sendiri yang telah memilih permainan seperti ini. Jadi mengapa tidak aku menjerumuskan diriku semakin dalam saja? Toh, ironisnya, aku sangat menikmati seluruh bagian dari permainan ini. Posted by Sa Raa on 21.00
1 comment by Dewa:
Hmm.. menarik sekali kehidupanmu, Lady.. I’m soooo curious about you! :)
Hei.. aku tidak salah lihat?? Jarang sekali ada orang komen di blog-ku! Dan ini.. sekalinya komen.. ada orang yang tertarik dengan.. kehidupanku? Hmm.. aku pikir orang-orang akan sangat muak padaku, aku justru sudah berpikir jika pun tulisan di blogku kali ini dikomen orang, paling juga komennya mencercaku, menyuruhku untuk bertobat, dsb.. tapi ini?? Hmm..
Comment by Sa Raa:
What? Menarik? Hmm.. then I’m soooo curious about you also, Man! ;)
Comment by Dewa
So both of us soooooooo curious each other.. then why we don’t try to know each other? Long chat via YM (Yahoo Messanger) in the midnight? I supposed you’ll like it! ;p
Hmm.. ini orang langsung ngajak ngobrol via YM aja gitu? Aku malah jadi takut sendiri.. jangan-jangan dia wartawan yang nanti bakal ngorek-ngorek kisah si wanita berkepribadian atau apalah dia menyebutnya.. Aku jadi parno sendiri.. Tapi.. tidakkah kalian juga tertarik dengan tawarannya? Oke mungkin tidak juga. Tapi.. aku sangat penasaran dengan si Dewa misterius ini.. Hmm..
[ 2 ]
“Sherlysayaaang.. dimakan atuh nasinya.. kamu baik-baik aja, kan?” Awan menyentuh keningku, mencoba memastikan apa aku sakit atau tidak. Malam ini kami makan nasi kucing dan wedang jahe di pinggir jalan sambil melihat Jogja dari atas.. kerlap kerlip lampu rumah indah sekali dari sini.. Aku suka tempat seperti ini.. Awan memang ajaib bisa menemukan tempat kayak gini!
“Eh.. engga apa-apa kok Awansayaang.. Sherly capek aja kali yah..” Sial. Aku memikirkan terus ajakan si Dewa misterius itu. Entah kenapa aku punya firasat tentang si Dewa ini, hanya saja aku tak tahu baik atau buruk. Firasat itu semakin kuat. Tapi aku tak bisa menjelaskannya, hanya bisa merasakannya.
“Mungkin gara-gara kamu ngurusin kawinan sodara di Bandung kemarin, sayaang.. makanya jangan sok kuat.. dasar bandel.. dibilangin makan jangan lupa.. kalau udah sibuk gitu kan sayang jadi lupa makan..” Glek. Aku menelan ludah. Maafkan aku sayaaaang.. tak pernah ada kawinan sodara di Bandung, yang ada aku bermesraan dengan pria lain yang aku cintai juga disana, Dickyku sayang.. Ah jadi kangen.. Aduh.. Maaf Awaan.. Maaaaf.. :(
“Iyaaaah.. Siapp baweeel.. Pacarku bawel amat sihh..”
“Pacarku juga bandel banget nih..” dan kami pun bercanda sampai larut.. Awan memang lucu!
[ 2 ]
Beruntung sekali Raa memiliki Dicky. Dicky orang yang super sibuk dengan pekerjaannya. Apalagi kalau lagi banyak klien yang pesen iklan, profil buat perusahannya, katalog, dll yang berhubungan dengan dunia kreatif, Dicky-lah ahlinya! Ya, beruntung.. karena ini membuat kami jarang sms-an atau telfon. Dicky biasanya selalu menghubungiku malam hari, disaat aku selesai beraktifitas, begitu juga kadang dengan dirinya.. tapi kalau dia lagi lembur lain lagi ceritanya. Seperti malam ini. Pas sekali, usai Awan mengantar aku ke kos, lalu aku mandi dan menyalakan laptop, tiba-tiba handphoneku yang khusus untuk Dicky –ya, aku punya 2 handphone tentunya!- berbunyi dan saatnya kami berkangen-kangenan. Dicky selalu mengawali dengan 4 kata tadi: “Aku sayang kamu, Raa”. Hmm.. inilah yang membuatku maish bertahan dengan dua dunia ini. Menjadi Sherly dan Raa. Menjadi mahasiswi penjaga warnet dan model. Aku menikmati keduanya. Apapun komentar kalian. Jika beberapa temanku memilih profesi ganda sebagai model dan ‘model plus plus’ tapi aku tidak pernah berminat dengan yang terakhir. Najis.
[ 2 ]
Ya, setelah percakapan panjang di YM malam itu, aku akhirnya tahu ternyata pria itu bernama Dewa Lazuardi, dia tidak mau menceritakan banyak tentang identitasnya tetapi fakta yang baru saja dia katakan itu sudah cukup untukku. Dia pernah mengalami apa yang aku alami sekarang. Menjadi dua orang di dunia ini dan membohongi kedua kekasihnya. Membohongi dua dunianya. Membohongi dirinya sendiri.. tapi tetap, dia mengaku, dia sempat menikmatinya.. sangat. Hmm.. ternyata aku tidak sendirian. Tuhan memang baik, menciptakan seorang lagi yang memiliki dua dunia, dan mempertemukannya denganku lewat dunia lain tercanggih abad ini: internet. Tuhan memang baik, menciptakan seorang lagi yang juga tega berbuat jahat. Tuhan memang baik, paling tidak aku punya teman jika harus ditempatkan di neraka! Tuhan memang b[L]aik! Setidaknya dia menciptakan dua orang yang bernasib sama.
[ 2 ]
Sial. Si Dewa ini asik juga diajak ngobrol via YM. Malam ini kami bertemu di YM tanpa sengaja dan membuat kami tak tidur semalaman. Kami merayakan insomnia bersama dengan share segala hal dan ternyata dia memang banyak kemiripan denganku. Aneh. Tuhan menciptakan dua orang yang hampir sama, seperti yang aku bilang tadi, membuatku merasa tidak sendiri. Dan Dewa ini, merencanakan sebuah rencana yang agak berbahaya. Aku tidak tahu apa aku sanggup melakukannya atau tidak tapi kata-kata Dewa selalu terngiang-ngiang di kepalaku: “Honey.. cepat atau lambat, mereka berdua pasti akan tahu. Maka akan lebih indah dan elegan jika kamu memilih endingnya sendiri. Jangan biarkan Tuhan memilihkannya untukmu atau kau akan menyesal sepertiku”.
Dewa membuatku kacau. Aku jadi memikirkannya dimana saja. Awan kemarin sampai tiga kali menanyaiku apa aku baik-baik saja dan memintaku untuk terbuka menceritakan apa yang lagi aku rasakan tapi jelas saja aku tidak akan bercerita padanya! Dicky kemarin dan tadi malam mungkin punya firasat engga enak atau gimana yah, dia dalam sehari bisa menghubungiku 5 kali!! Hal yang sangat jarang terjadi.. dan selalu berkata: “Raa sayaaang.. Raa masih sayang sama Dicky, kan? Dicky kangennn.. setiap detik.” Asal kalian tahu ya, tidak biasanya Dicky seperti itu. Apalagi tidak hanya malam-malam dia menghubungiku tapi juga pagi, siang, dan sore. Membuatku agak kesulitan kalau Awan sedang bersamaku. Untungnya Awan bukan tipe yang suka curiga. Dia sangat percaya padaku, dan itu keuntungan yang aku manfaatkan. Entah kedua kekasihku itu punya firasat apa yang membuat mereka mendadak aneh gitu. Ini semua gara-gara Dewa! Tapi aku tidak bisa memungkiri bahwa memang apa yang dikatakan Dewa benar, dan aku sangat tertarik dengan rencana besarnya itu! Hmm..
[ 2 ]
Tiga minggu sudah berlalu sejak aku ke Bandung waktu itu untuk show dan menemui Dicky tentunya. Dicky sudah ribut tiap hari bilang kangen. Engga sabar pengen ketemu. Yaah.. seminggu lagi. Sementara Awan justru ingin mengajakku berlibur weekend nanti, padahal sudah jauh-jauh hari aku bilang padanya bahwa aku harus ke Bandung lagi, nengok rumah. Aku bilang aku homesick banget. Iyaa.. homesick sama home-nya Dicky maksudnya. Dan dewa.. Dewa setiap hari meyakinkanku untuk yakin pada keberhasilan rencana ini dan aku harus melakukannya, entah nanti akan sesakit apa. Hhh... ya, aku harus melakukannya!
[ 2 ]
“Ikut ke Bandung, sayang?”
“Iyaaa. Awan belum pernah kan ikut Sherly ke Bandung.. yayaya??”
“Tapi.. Awan..”
“Ayolaaah.. sekali iniii ajaa.. kita sekalian weekend di Bandung!”
Dan aku berhasil mengajak Awan ikut ke Bandung. Mungkin ini hal tergila yang pernah aku lakukan tapi aku percaya dan berhasil diyakinkan oleh Dewa yang bahkan belum pernah aku temui, terakhir dia minta nomer handphoneku tapi hingga sekarang pun tidak ada tanda-tanda dia menghubungiku. Aku terpaksa melakukan ini karena aku ingin mengakhirinya dengan caraku yang telah direncanakan oleh Dewa, dengan cara yang elegan, seperti kata Dewa.
[ 2 ]
Show-ku malam minggu ini lumayan besar. Tamu undangannya pun lumayan berkelas. Seperti biasa aku akan berjalan dengan anggun di panggung itu memamerkan busana-busana aneh yang orang-orang disini sangat mengaguminya, bahkan berani membelinya dengan harga yang sangat tinggi. Jika tidak karena ditawari oleh sahabat SMA-ku di Bandung, jika tidak karena gajinya yang lumayan besar, jika tidak karena itu aku tidak akan pernah mau ada disini dan mungkin tidak akan pernah mengenal Dicky, yang waktu itu ikut memotret keanggunanku berjalan di atas panggung dan membuatku jatuh cinta padanya seperti halnya dirinya.
Aku sudah khusus meminta pada Mbak Citra untuk minta sama crew-nya menyediakan tiga kursi untuk tamu undangan khusus dariku. Mbak Citra yang baik itu pun meluluskan permintaanku. Sudah dari sore aku standby di tempat ini. Dari mulai make up, dan lain lain hingga saatnya pun akan segera tiba. Aku gelisah ingin menengok di kursi pengunjung. Dicky jelas datang malam ini menyaksikanku, dia sudah sangat hafal jadwal show-ku. Awan memang aku minta datang ke tempat ini, aku bilang ada surprise untuknya dan aku akan menemuinya malam ini di tempat ini. Ya, mereka akan aku sebelahkan di dua kursi yang telah aku minta tadi dan kursi yang tersisa satu itu.. kalian tentu sudah tahu untuk siapa. Dalang dari semua ini. Selama kurang lebih sebulan aku mengenal Dewa lewat chatting dengannya membuatku tahu banyak tentang dia dan malam ini, malam ini adalah bagian dari rencana besarnya. Aku sudah sangat gelisah dan berkali-kali menatap di cermin, meyakinkan diriku, AKU HARUS MELAKUKANNYA. HARUS!
[ 2 ]
1 message received. From: dickysayang
Sayaaaaaaaang.. Aku udah gg sabar liat kamuuuuuuu. Aku udah nyampe nih..
1 message received. From: sayangawan
Sherlyku.. Aku gg sabar sama kejutan kamu. Aku udah duduk nih.. Kamu dimana sih??
Ya. Mereka sudah datang dan entah kemana si Dewa. Aku tidak sempat lagi memikirkannya ketika Mbak Citra udah menyuruh kita bersiap. Sebentar lagi giliran kita. Jantungku dag-dig-dug tidak keruan. Serasa mati rasa semua badanku!
“Baiklah.. kita sambut selanjutnya.. dengan dress blueberry awesome rancangan Prita Ratna!” aku melenggang dengan anggun seperti biasanya. Para fotografer di bawah panggung setia mengabadikan setiap lenggak lenggok gerakanku. Mataku aku paksa perlahan menyapu penonton dan kudapati kedua lelakiku duduk bersebalahan. Dicky sedang mengarahkan kamera ke arahku sementara Awan menatapku dengan tampang yang susah untuk aku jelaskan. Matanya seolah menanyakan banyak hal padaku tapi.. seharusnya ada seseorang di sebelah Awan yang bisa menjelaskan semuanya. Kemana orang itu? Kemana dalang ini?
“Sara Sherlyana..!!!” dan si MC menyebut namaku. Jantungku dag-dig-dug semakin cepat. Mau copot rasanya.
“Sherlyyy???!!!” Awan dan Dicky refleks berkata agak keras. Awan bahkan berdiri dari kursinya. Mukanya shock. Dicky kaget karena namaku bukan Raa seperti yang dia kenal. Kamera DSLR Nikon-nya diturunkan, dia membidikku dengan matanya, tidak lagi dengan lensa kameranya. Dua orang telah membidikku dengan tatapan tajam.
“Eh? Anda.. kenal sama pacar saya??” Dicky memulai.
“HAHH?? Pacar kamu?? Sherly itu pacarku!” Awan dikagetkan untuk yang kedua kalinya.
“Heh.. lo jangan maen-maen ya.. namanya Raa. Indie Raa. Bukan Sherly! Dan dia, cewek gue!” kali ini Dicky berdiri. Aku sudah balik badan dan saatnya untuk kembali ke belakang panggung tapi kemana Dewa?? Dia yang seharusnya merencanakan semua ini dan dia harusnya ada disitu! Tapi.. kemana dia??
“Hahaha.. mas, maaf ya. Kayaknya anda salah orang. Sherly itu cewek saya, kami bahkan berangkat bareng dari Jogja ke Bandung.”
“Jangan ngaco ya mas! Mendingan kita ke belakang deh, kita selesein sama Raa.”
[ 2 ]
Di belakang panggung.
“Diam, Awan! Aku emang model! Dan Dicky cowokku, itu bener!” mereka ke belakang, aku menengahi. Ini harusnya tugas Dewa untuk menyelesaikan bagian dari rencananya tapi sial.. entah aku ditipu atau bagaimana olehnya, dia bahkan tak nampak sejak pertama show ini. Awan menatapku bingung.
“Dicky.. nama asliku sebenarnya Sherly. Dan Awan memang pacarku di Jogja, di duniaku yang satunya.. Aku engga tahu harus menjelaskan seperti apa sama kalian.. tapi.. aku memang seperti ini..” Aku mulai menangis, sesenggukan. Semua bebanku selama ini aku tumpahkan. Mereka berdua berpandangan penuh kebencian. Aku tahu saat ini akan tiba, tapi ini sama sekali bukan cara yang elegan seperti yang Dewa bilang. Ini cara yang sangat menyedihkan. Hatiku sakit. Apalagi mereka. Aku tak sanggup menjelaskan kebohonganku lagi.
“Raa sayaang.. kamuu.. kamuu.. yakin sama yang kamu omongin?” Dicky mendekatiku, mencoba mengusap tangisku. Awan gusar. Dia mengibas tangan Dicky.
“Sherly.. katakan siapa kamu sebenernya. Kamu bukan kayak gini.. kamu cuman anak kuliah di Jogja, iya kan sayaaang?” Awan memegang tangan kananku kencang. Aku kemudian duduk. Mencoba untuk mengontrol emosiku.. tapi tidak bisa. Tangisanku semakin menjadi-jadi. Aku menyesal melakukan ini. Aku tidak bisa bicara lagi. Aku tidak tahan lagi. Sakit rasanya melihat mereka berdua di depanku. Dicky kemudian juga memegang tangan kiriku, ingin aku mengatakan bahwa sebenarnya aku adalah Indie Raa, gadis tiga harinya yang sangat dia sayangi. Awan tak mau kalah, memaksaku supaya bicara bahwa aku sebenarnya Sherly, yang kalau pulang ke Bandung bukan untuk show atau menemui selingkuhannya di Bandung tetapi untuk menemui keluargaku dan kita pun kesini berangkat bareng.
Di saat seperti ini, aku mengharapkan Dewa datang. Entah kenapa aku merasa dialah yang bisa melindungiku, aku takut pada mereka berdua, korban dari permainanku terhadap kepribadianku yang ganda ini. Tapi kemana Dewa? Apakah dia juga menjebakku? Apakah aku juga korban permainannya? Atau jangan-jangan tidak pernah ada Dewa di dunia ini? Dewa Lazuardi hanyalah pribadi palsu dari seseorang? Atau.. Hhhh.. aku pusing.. beberapa saat kemudian security mengamankan Dicky dan Awan yang memang terlihat sedang membuat kegaduhan diantara acara yang masih berlangsung ini. Mbak Citra yang sepertinya mencium ada masalah langsung menarikku masuk ke ruang ganti. Dicky dan Awan masih memanggil-manggil namaku dengan dua nama, “Raaa..” dan “Sherly..”. Aku tahu mereka masih mengharapkanku. Tapi aku juga tahu mereka tidak akan bisa menerimaku dengan dua jiwa yang berbeda dalam diriku. Aku menangis menatap wajahku di depan cermin di ruang ganti. Make up-ku luntur. Wajahku tak keruan. Aku melihat Sherly mulai muncul ketika make up di wajah Raa perlahan menghilang. Aku menyesal. Aku sangat menyesali semua yang telah kulakukan. Beberapa saat kemudian terdengar dering sms dari handphoneku. Dari nomer asing:
Selamat, honey.. Kamu telah berhasil mengakhiri kisahmu dengan caramu sendiri. Jangan pernah kamu berpikir akulah yang mengatur semua ini karena semuanya ada di tanganmu. Kamulah yang membuat ending dari ceritamu sendiri. Aku cukup menyaksikannya saja dari jauh. Hahaha.. Selamat! Selamat! –Dewa Lazuardi-
Aku membanting handphoneku. Aku muak dan jijik pada diriku sendiri. Aku ingin marah pada Tuhan. Kenapa membiarkan semua ini terjadi? Kenapa membiarkan aku mengakhirinya dengan cara seperti ini? Kenapa aku dengan mudahnya percaya pada Dewa hanya karena dia pernah memiliki kisah yang sama denganku? Ternyata du[k]a itu tidak menyenangkan. Ternyata Tuhan tidak seb[L]aik yang aku pikirkan kemarin. Sara Sherlyana.. (aku berbicara pada diriku sendiri).. lihatlah dirimu sekarang di cermin. Seharusnya dari awal kamu tahu.. jika satu saja sudah cukup, maka jika kau menambah jadi dua.. rupanya itu hanya akan menimbulkan duka.. duka yang mendalam, perih sakitnya. Aku tidak tahu siapa diriku sekarang. Sherly atau Raa. Aku benci pada kedua jiwa yang menimbulkan duka dalam diriku!
[ 2 ]
@lovely leppy, July 24th 2009. 02.04 AM
On my 4th insomnia in this week!
http://dinisomething.blogspot.com
No comments:
Post a Comment